DESKRIPSI BUKU
Editor: Imam T. K. Rahardjo; Herdianto WK
Penerbit : Grasindo
Kota : Jakarta
Tahun: 2001
Halaman : 402
Nomor Panggil : 335.6 RAH
Lokasi : Perpustakaan Umum Magetan
Buku ini salah satu serial yang bersisi kumpulan tulisan karya Bung Karno dan pidato-pidato yang pernah disampaikan di berbagai tempat dan kesempatan. Secara khusus buku ini terbit dalam rangka memperingati 100 tahun hari kelahiran Bung Karno (1901 – 2001). Buku ini sangat bagus untuk memperluas dan menggali lebih dalam pemikiran, ide, gagasan, konsepsi, dan semangat Bung Karno, khususnya terkait persoalan ekonomi.
“seluruh kepulauan Indonesia membutuhkan diri satu sama lain, seluruh kepulauan Indonesia barulah dapat menjadi dasar ekonomis yang kuat bagi industrialisme, jika bergandengan ekonomis satu sama lain. Isi mengisi satu sama lain, bantu membantu satu sama lain”
Bung Karno, 1947
Di tengah perekonomian yang sedang menderita “sakit” ini, tepat kiranya kita semua perlu mengacu kembali pada “ajaran-ajaran Bung Karno” dengan konsepnya Ekononi Berdikari, sehingga kiranya dapat memberikan inspirasi baru atau gagasan-gagasan yang “genuine” bagi para pemimpin sehingga kita dapat segera keluar dari “lingkaran persoalan”.
Krisis moneter 1997 yang kemudian melumpuhkan sektor perbankan telah berimbas pada persoalan dan krisis multidimensional. Pada akhirnya krisis tersebut telah mengakhiri kekuasaan Soeharto pada 20 Agustus 1998. suatu rezim dengan struktur kekuasaan yang dibangun dari militer dan “konglomerasi ekonomi”. Periode kapitalisme dari praktik “pat gulipat” antara pengusaha berwatak avounturir dengan penguasa-penguasa korup. Yang melahirkan kapitalisme semu atau dinamakan “Ersatz-capitalism”
Kebijakan politik ekonomi nasional Orba dengan “trilogi permbangunan”nya justru diwarnai semaraknya praktik korupsi, kolusi dan manipulasi hingga melahirkan “bubble economy”, yang terbukti amat rentan terhadap berbagai gangguan (vulnerability). Keadaan ekonomi seperti inilah yang menjadikan perekonomian negara-negara Asia Tenggara “rontok” oleh krisis keuangan 1997.
Berbagai kebijakan politik ekonomi pada masa pemerintahan Soekarno yang diterapkan pada awal-awal tahun 1960-an, namun tidak sempat terlaksana mengingat mendesaknya program-program “ambeg parama arta”, kiranya patut dipertimbangkan untuk dijadikan sumber inspirasi dalam rangka merumuskan secara tepat dan benar arah pembangunan ekonomi negeri kita.
Berdikari tidak pernah dimaksudkan agar bangsa dan negara kita anti segala sesuatu yang “berbau”asing atau dari luar. Berdikari bukan berarti anti modal asing, bukan berarti anti ahli-ahli asing, bukan berarti anti ilmu dan teknologi dari “luar”. Berdikari yang dimaksudkan Bung Karno adalah sikap nasionalisme yang berwawasan luas dan maju dalam penyelenggaraan ekonomi masyarakat Indonesia.
Buku bersubyek ekonomi-politik Indonesia ini salah satu koleksi menarik Perpustakaan Umum Magetan, ayo berkunjung …