Bertempat di Graha Pusat Literasi Magetan, sebagai penutup menjelang penghujung tahun, Kegiatan Mbulan Ndhadari episode ke-28 digelar pada Sabtu 6 Desember 2025. Dengan mengambil tema ‘Penguatan kearifan lokal melalui pendidikan karakter dan minat baca’. Kegiatan tersebut mengundang para pegiat dan komunitas literasi di Kabupaten Magetan serta perwakilan dari guru dan Kepala Sekolah SD dan SMP di kabupaten Magetan.
Setelah dibuka oleh Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kab. Magetan, Suhardi, dilanjutkan acara inti yaitu sesi dialog atau saresehan dengan menghadirkan narasumber S.T.EM.Yani, sastrawan dari Trenggalek, kemudian Gayuh seorang budayawan dan sastrawan dari Ponorogo, serta Supriyoko penulis, sastrawan Jawa sekaligus pegiat literasi dari Magetan. Adapun sebagai moderator yaitu Endro Murdoyo, seniman dan budayawan Magetan. Sebelum saresehan dimulai, pembacaan puisi oleh Shanti Rochmatin dengan judul ‘Yang Terlambat Kita Baca’ karya Fileski Walidha Tanjung. Puisi bertema ekologi tersebut menyiratkan banyak pesan moral bagaimana selama ini manusia memperlakukan alam. Hingga bencana yang terjadi di Indonesia, secara khusus di Sumatera saat ini, harus diakui tidak luput dari buah dosa ekologi kita sendiri.
Dalam sambutan pembukaannya, Kepala Dinas Arpus Kab. Magetan menyampaikan syukur dan terima kasih dengan segala dinamikanya Mbulan Ndhadari telah mencapai episode ke-28. Dan sesuai tema yang diangkat kali ini, mengajak semua pihak yang berkepentingan untuk bersinergi, saling mendukung serta berkomitmen bersama untuk menyamakan visi dan gerak dalam upaya mengenalkan dan menanamkan kembali nilai-nilai budaya dan kearifan lokal di Magetan kepada anak-anak maupun peserta didik, ditengah desakan arus era digital sekarang ini yang secara nyata mengikis nilai-nilai luhur kearifan kultur lama.

Apa yang disampaikan Kepala Dinas Arpus Kab. Magetan tersebut dirasakan pula oleh salah satu narasumber S.T.EM.Yani. Menurutnya, esensi kakayaan budaya Jawa adalah tata krama (unggah – ungguh ; Jawa)dan budi pekerti. Dua nilai dasar tersebut menjadi hal amat penting saat ini bagi generasi muda dan anak-anak yang berada dalam goncangan krisis kepribadian dan jati diri. Untuk itulah perlu melakukan pembiasaan atau pewarisan budaya dan pendidikan karakter bagi anak dalam bingkai kearifan budaya dan kearifan lokal, mulai dari rumah, sekolah hingga masyarakat.
Pendapat senada diungkapkan Gayuh, budayawan dan sastrawan Ponorogo yang mengatakan bahwa pendidikan karakter anak dan peningkatan minat baca harus dimulai dari lingkungan terdekat yaitu keluarga (rumah), baru kemudian di lingkungan luar mulai sekolah dan masyarakat. Pendidikan karakter akan efektif dilakukan apabila hal itu didasari ajakan atau keteladanan, dalam artian orang dewasalah yang punya tanggungjawab untuk memberikan contoh bagi anak-anak. Sementara itu dalam kaitan peningkatan minat baca, aktivitas menulis hampir selalu diawali dari aktivitas membaca. Inspirasi tidak bisa dicari namun akan muncul seiring ketekukan dan kegemaran membaca.
Tanggapan dari para peserta yang hadir cukup antusias, terlebih kondisi yang diungkapkan para narasumber juga aktual dialami seluruh peserta yang hadir. Semoga dengan semangat dan ikhtiar bersama melalui kegiatan Mbulan Ndhadari, akan berdampak positf untuk peningkatan literasi masyarakat sekaligus penguatan kearifan budaya lokal di Kabupaten Magetan. Semoga! (nas)







