Bupati Magetan dari Masa ke Masa (11)

Boediman

Boediman adalah Bupati Magetan yang ke-23, dilantik tanggal 16 Januari 1968. Masa jabatan Bupati ini selama 5 tahun yang berakhir pada Mei 1973. Sebelumnya ia menjabat sebagai Pamen di Skodam VIII Brawijaya dengan pangkat Letnan Kolonel. Di masa pemerintahannya, dua peristiwa penting dalam sejarah perjalanan bangsa ini, pertama dicanangkannya REPELITA I yang dimulai tanggal 1 April 1969. Peristiwa kedua diselenggarakannya Pemilu pertama di era orde baru pada 3 Juli 1971. Sejak awal pemerintahannya, upaya rehabilitasi kepada para anggota dan simpatisan PKI pasca peristiwa 30 September 1965 terus dilakukan, baik dalam struktur pemerintahan maupun masyarakat umum. Hal itu dilakukan untuk membangun stabilitas politik, keamanan dan ketertiban dalam rangka menciptakan iklim yang mendukung pembangunan daerah. Bupati Boediman memperkenalkan Santiaji Sapta “P” yaitu :

  1. Pagar, maksudnya keamanan. pada waktu itu keamanan menjadi perhatian utama, mengingat Kabupatem Magetan diduga masih menjadi basis pergerakan PKI bawah tanah sebagai Daerah “Compro Lawu.”
  2. Pengertian Pamong, Maksudnya agar aparat pemerintah lebih bersifat melayani rakyat, bukan lagi PANGREH yang hanya ngereh atau main kuasa.
  3. Penertiban Administrasi menuju Panca Tertib
  4. Pendidikan
  5. Produksi. Khususnya pada bidang Pertanian, Peternakan dan Pengairan.
  6. PKK. Waktu itu diartikan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga
  7. Pajak. Maksudnya untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat ikut berpartisipasi dalam pembangunan

Dalam bidang politik, hasil pemilu 1971 sebagaimana Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur tanggal 1 Oktober 1971 No. Pem./618/G/80/Des, menghasilkan keanggotaan DPRD Tingkat II Magetan yang berjumlah 40 orang. Terdiri dari wakil GOLKAR 29 orang, PNI 5 orang, NU 4 orang, PARMUSI 1 orang, dan PSII 1 orang. Pelantikan anggota DPRD dilaksanakan pada 7 oktober 1971, dengan susunan pimpinan, Ketua Ngabdan Margoprajitno, Wakil Ketua Letkol. Moerjidan dan Trimo. Selain hasil Pemilu tersebut, pada masa Bupati Boediman, jabatan Kepala desa yang kosong diisi dengan penugasan kekaryaan ABRI sebagai sentral Kepala Desa terutama pada desa-desa yang rawan. Kemudian mulai tahun 1972, sistem pemilihan Kepala Desa tidak lagi menggunakan lidi dan bumbung, tetapi dengan gaya baru yaitu mencoblos gambar. Pada masa Bupati ini pula, lambang Kabupaten Magetan ditetapkan dan digunakan sampai sekarang. Di bidang pembangunan, sosial dan ekonomi, beberapa program yang dilakukan pada waktu itu diantaranya peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani melalui Panca Usaha Tani dipopulerkan dengan istilah RABI GABAH yang merupakan akronim dari Rabuk cukup, Bibit unggul, Garapane apik, Banyune cukup, Hamane di berantas. Di bidang ketenagakerjaan, dilaksanakan Proyek Padat Karya dan Proyek PKDI (Pemberian Kerja Darurat Istimewa). Di bidang lingkungan hidup, usaha konservasi tanah melalui Penghijauan, yang serempak pertama kali dilakukan di Gunung Bungkuk dan Gunung Bancak (Desa Garon dan Desa Tladan) mencapai luas penghijauan 3.031 Ha dan Pengawetan tanah seluas 800 Ha. Selain itu pada tahun 1971 dibangun Bronkaptering dan perpipaan air bersih sepanjang 11 km dari Sumber Jabung kec. Panekan ke desa Ginuk Kec. Sukomoro.

Djajadi

Djajadi adalah Bupati Magetan yang ke-24, dilantik tanggal 1 Mei 1973. Menjabat selama 5 tahun dari 1973 sampai tahun 1978. Sebelumnya ia menjabat sebagai Komandan Wing III KOPASGAT KODAU IV Surabaya dengan pangkat Letkol PAS. Pada masa Bupati Djajadi, Pelita I sudah memasuki tahun ke-4. Beberapa kemajuan di berbagai segi kehidupan, namun hasilnya belum sesuai yang diharapkan sebagai bentuk akselerasi dan modernisasi pembangunan. Kondisi dan situasi daerahbelum sepenuhnya aman dari gangguan sisa-sisa PKI. Oleh karena itu, diawal kepemimpinannya, Bupati Djajadi memberi perhatian utama pada disiplin aparat, pembersihan lingkungan pada aparatur pemerintahan sesuai dengan Panca Krida Kabinet Pembangunan II, melalui sub direktorat khusus (Sospol) dibentuk Tim Skrining yang menjangkau sampai di tingkat desa.

Dalam upaya akselerasi pembangunan, maka program-program yang dilaksanakan dinas, jawatan dan instansi di koordinasikan dan dirumuskan menurut skala prioritas atau sasaran pembangunan. Hasilnya prioritas atau sasaran pembangunan di Kabupaten Magetan meliputi 4 faktor, yaitu :

  1. Kebutuhan air yang tidak merata di daerah.
  2. Keindahan daerah Sarangan beserta telaga pasirnya sebagai obyek wisata.
  3. Kerusakan hutan lindung di daerah pegunungan.
  4. Penanggulangan gangguan keamanan.

Beberapa pembangunan fisik yang dilakukan diantaranya kantor sekretariat Pemkab Magetan, pendopo kabupaten, pembangunan terminal bus Maospati, pasar sayur Magetan, pemugaran masjid Jami Baitusalam, serta peningkatan fisik pada banyak kantor dan balai desa. Di bidang pertanian BUUD meningkat menjadi BUD, dan khusus perkebunan tebu, dengan adanay sistem TRIS produktivtasnya meningkat. Salah satu hasilnya pabrik gula Rejosari Gorang-Gareng berhasil menjadi produsen gula terbaik. Sementara itu bagi para pedagang kecil, direalisasikan “Kredit Candak Kulak” (KCK). Pada masa Bupati ini, juga dimulai program Listrik Masuk Desa yang disambut dengan antusias oleh masyarakat. Masa jabatan Bupati Djajadi berakhir pada 13 Mei 1978, yang kemudian diangkat menjadi Bupati Madiun.

Sumber bacaan :

Sukarjan (2014). “Magetan dalam Panggung Sejarah Indonesia”. Cet. I. Media Guru

Dinas Kominfo Kab. Magetan. “Kabupaten Magetan pada Jaman Orde Baru”. diakses tanggal 21/10/2021 di https://kominfo.magetan.go.id/id/node/76

Artikel yang Direkomendasikan

2 Komentar

  1. Bisa minta file utuh pdf …. Buat disimpan dikasihkan ke anak sebagai tambahan pengetahuan karena istri ibunya anak2 warga Magetan …..terima kasih banyak 🙏🙏🙏

    1. Buku “Magetan dalam Panggung Sejarah Indonesia” karya Sukarjan 2014 tersedia di Perpustakaan Umum Magetan, silahkan berkunjung

Tinggalkan Balasan ke Winarko Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *