Kabupaten Magetan tahun ini menurut sejarah yang ada akan genap berumur 350 tahun pada 12 Oktober nanti. Perjalanan selama 3,5 abad tentu menyimpan banyak kekayaan dan warisan kultural yang hidup di masyarakat. Salah satu upaya Dinas Arpus Kab. Magetan untuk menggali sekaligus melestarikan budaya dan tradisi di masyarakat dengan mengadakan kegiatan pelestarian koleksi etnis budaya nusantara.
Tahun 2025 ini kegiatan tersebut ditargetkan bisa mengangkat 2 warisan budaya atau tradisi yang sampai saat ini masih dirawat dan berkembang di masyarakat. Salah satu warisan budaya yang coba diangkat yaitu tradisi Sholawat Gembrung yang ada di Desa Sambirobyong Kecamatan Sidorejo.

Untuk mengenalkan sekaligus melestarikan Sholawatan Gembrung Desa Sambirobyong, Dinas Arpus Kab. Magetan pada Rabu 30 April 2025 mengadakan Saresehan dengan mengundang perangkat Desa Sambirobyong beserta para pelestari Gembrung. Bertempat di Pendopo Mangun Diwiryo, saresehan diawali dengan penampilan Sholawat Gembrung yang dimainkan oleh 17 orang. Kekhasan Gembrung Desa Sambirobyong adalah masih mempertahankan pakem awal tradisi tersebut muncul yaitu menggunakan alat musik dua buah Terbang Gembrung, satu Kendang dan satu Penunthung.
Dijelaskan oleh Sukarna Kepala Desa Sambiroyong yang disambung oleh beberapa pemain Gembrung bahwa tradisi Sholawatan Gembrung pada awalnya dibawa oleh Ngali Atmo dari Desa Durenan. Meski tidak dapat dijelaskan secara pasti tahun munculnya seni tradisi tersebut di Desa Sambirobyong namun menurut cerita lisan turun temurun, Gembrung sudah ada sejak puluhan tahun bahkan mungkin lebih dari satu abad. Para pelestari Gembrung sekarang disebut sudah mencapai generasi kelima. Dalam seni tradisi Gembrung selain menggunakan alat musik tradisional juga ada satu atau dua orang yang bertindak sebagai pemandu utama yang disebut Dalang.

Secara singkat dapat dikatakan bahwa seni tradisi Gembrung merupakan bentuk akulturasi budaya Islam dengan budaya lokal dalam hal ini Jawa. Hal itu dapat disimak dari lantunan syair-syair islami yang berinteraksi dengan laras macapatan. Secara kultural Gembrung di Desa Sambirobyong ditampilkan pada acara Maulid Nabi ataupun acara-acara tradisi kelahiran, khitan maupun pernikahan.
Peran Pemerintah Desa Sambirobyong dalam melestarikan seni tradisi Gembrung selama ini telah pula cukup bisa dirasakan. Gembrung kerap dihadirkan sebagai sajian utama dalam perayaan-perayaan seremonial di Desa. Bahkan dalam 2 tahun terakhir Gebrung juga ditampilkan pada kegiatan malam tirakatan peringatan HUT RI. Dukungan Pemerintah Desa tersebut tentu diharapkan menjadi penyemangat bagi para pelestari Gembrung di Desa Sambirobyong untuk terus mengembangkan dan mewariskan tradisi tersebut pada generasi berikutnya. (san)






