Bupati Magetan dari Masa ke Masa (6)

Raden Mas Arja Kertonegoro

Raden Mas Arja Kertonegoro adalah Bupati Magetan yang kesembilan, menjabat mulai tahun 1837 sampai dengan 1853. Nama mudanya adalah Raden Ngabei Surokusumo yang berasal dari Yogyakarta. Riwayat singkat beliau, sebelum menjabat Bupati Magetan, pada 1830 R.M.A. Kertonegoro menjadi Bupati Purwodadi menggantikan Ronodirjo, paman pangeran Purwodiningrat Bupati Madiun. Kemudian tahun 1834 diangkat menjadi Bupati di Ngawi. Selanjutnya mulai tahun 1837 memegang pemerintahan di Kabupaten Magetan dengan gelar Adipati Kertonegoro. Selama menjabat Bupati, R.M.A. Kertonegoro sangat cakap tidak hanya sebagai pejabat, tetapi juga sebagai pembina di bidang perwatakan,

Raden Mas Tumenggung Arja Surodiningrat III

Raden Mas Tumenggung Arja Surodiningrat III yang menjabat dari tahun 1852 sampai tahun 1887. Sebelumnya R.M.T.A. Surodiningrat III adalah Bupati Ponorogo. Beliau menikahi putri tunggal R.M.A Kertonegoro Bupati Magetan kesembilan. Pada tahun  1852R.M.A Kertonegoro meninggal. Kemudian, R.M.T.A. Surodiningrat III menggantikan mertuanya tersebut menjadi Bupati Magetan kesepuluh.

Raden Mas Tumenggung Arja Kertohadinegoro

Raden Mas Tumenggung Arja Kertohadinegoro adalah Bupati Magetan yang ke-11. Menjabat mulai tahun 1887 sampai 1912. Nama kecilnya adalah Raden Mas Tumenggung Adiwinoto, putra R.M.A Surodiningrat III. Pada tahun 1889, R.M.T. Adiwinoto berganti nama atau gelar menjadi R.M.T.A. Kertohadinegoro. Bagi masyarakat Magetan beliau merupakan sosok Bupati yang kharismatik, hingga mendapat sebutan Gusti Lider, yang artinya pemimpin bila diambil dari bahasa Belanda (Leider).

Raden Tumenggung Surohadinegoro

Raden Tumenggung Surohadinegoro adalah Bupati Magetan yang ke-12. Menjabat mulai tahun 1912 sampai tahun 1938. Beliau adalah putra R.M.T.A Kertohadinegoro (gusti Lider). Nama kecil beliau Raden Adipati Arja (R.A.A) Hadiwinoto, yang kemudian pada tahun 1919 berganti nama atau gelar Raden Tumenggung Surohadinegoro.

Sumber bacaan :

Sukarjan (2014). “Magetan dalam Panggung Sejarah Indonesia”. Cet. I. Media Guru