Fondasi Historis Ekonomi Indonesia

DESKRIPSI BUKU

penulis:  J, Thomas Lindblad, et al.

Penerbit : Pusat Studi Sosial Asia Tenggara UGM & Pustaka Pelajar

Kota : Yogyakarta

Tahun: 2002

Halaman : 526

Nomor Panggil : 330.9 LIN

Lokasi : Perpustakaan Umum Magetan

Buku ini merupakan hasil pemikiran dari konferensi mengenai ‘Pondasi Historis Ekonomi Nasional di Indonesia’ yang dilangsungkan di KNAW (Lembaga Ilmu Pengetahuan Belanda) Amsterdam pada 20-22 September 1994. konferensi tersebut melibatkan sejarawan ekonomi dari Indonesia, Australia, dan Belanda.

Tinjauan kajian tidak hanya difokuskan pada Jawa dan periode akhir masa kolonial. Namun juga mencakup penempatan masa kolonial Indonesia, khususnya pulau-pulau luar jawa, dalam konteks Asia Tenggara yang lebih luas. Tema umum buku ini mengenai asal usul dna perkembangan ekonomi nasional Indonesia., dengan menggabungkan bagian-bagian kontras dalam analisis temporal maupun spasial: Jawa-Luar Jawa, dan masa kolonial-Indonesia merdeka.

Buku ini berisi 23 makalah, yang dikelompokkan dalam lima bagian dengan tema, pertama pendahuluan, kedua dasar-dasar negara kolonial, ketiga elaborasi negara kolonial, keempat munculnya negara-bangsa modern, dan kelima ekonomi nasional dalam perspektif sejarah.

Sejak akhir 1960-an Jawa telah mengalami revolusi industri melambat. Fase pertama dari 1967 sampai kerusuhan Malari pada Januari 1974 didorong oleh penanaman modal asing. Fase kedua berakhir sekitar 10 tahun dari Repelita kedua hingga Repelita ketiga melibatkan substitusi impor di belakang sebuah dinding bea impor (Hill, 1994).

Jawa sekarang menjadi daerah inti dari sebuah ekonomi nasional yang terintegrasi. Ekonomi nasional itu masih harus dikonsolidasikan tetapi proses ini sekarang bersifat kumulatif dan mempercepat. Pemerintah Orde Baru sekarang dapat dikatakan telah menyadari tujuan integrasi ekonomi nasional, titik puncak dari sebuah proses yang sangat panjang sejak 1808 oleh Herman W. Deandels.

Meskipun banyak pemimpin nasionalis Indonesia dipengaruhi dan tertarik pada sosialisme atau demokrasi sosial, tidak satupun dari empat perumus kebijaksanaan ekonomi yang paiing berpengaruh pada awal 1950-an yakni Mohammad Hatta, Sumitro Djojohadikusumo, Sjafrudin Prawiranegara dan Djuanda, adalah sosialis doktriner, apalagi Marxis doktriner. Sebelum perang dunia I Nihonjinkai didirikan atas inisiatif pengecer Jepang lokal di Dobo (1908) dimana perkumpulan nelayan Jepang yang besar tinggal. Berbagai perkumpulan ini didirikan untuk tujuan bisnis, rekreasi, kultural dan mereka menjadi pusat waktu luang dan informasi. Nihonjinkai bertanggungjawab atas pemeliharaan kuburan Jepang dan menyelenggarakan pemakaman yang tepat bagi anggota komunitas yang kurang beruntung.

Buku bersubyek ekonomi Indonesia ini salah satu koleksi menarik Perpustakaan Umum Magetan. Ayo berkunjung …

Artikel yang Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *