Jejak-Jejak Krisis di Asia

DESKRIPSI BUKU

Penulis:  Alekxander Irwan

Penerbit : Kanisius

Kota : Yogyakarta

Tahun: 1999

Halaman : 208

Nomor Panggil : 330.9 IRW

Lokasi : Perpustakaan Umum Magetan

Buku ini memuat lima artikel kurun waktu 1997–1998, mengenai berbagai faktor yang mempengaruhi dinamika ekonomi negara-negara di kawasan Asia Tenggara dan Timur yang pernah disanjung sebagai ‘keajaiban Asia’ namun kemudian beramai-ramai terpuruk ke dalam krisis ekonomi.

Perekonomian Indonesia merupakan bagian dari jalinan jaringan-jaringan bisnis regional Jepang dan etnis Cina yang membentuk perekonomian regional Asia Timur dan Tenggara. Fenomena perkonomian regional tersebut membuat pendekatan yang hanya melihat Indonesia sebagai bagian dari perekonomian global tidak lagi memadai.

Dalam era liberalisasi global pada akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21, peningkatan pangsa modal pengusaha pribumi tidak akan dengan sendirinya membawa dampak yang positif terhadap perekonomian Indoensia kalau tidak dikuti dengan peningkatan daya kompetisi perusahaan-perusahaan Indonesia.

Kombinasi tingkat produktivitas, tingkat proteksi efektif (effective protection rate, EPR), dan penanaman barang modal tidak bergerak (fixed capital investment) dalam sektor pengolahan bisa dijadikan tolok ukur tingkat kompetisi sebuah negara dalam sistem akumulasi intensif. ERP menunjukkan tingkat nilai tambah akibat adanya proteksi dibanding dengan nilai tambah yang dikandung bila produk tersebut tidak diproteksi. ERP memberi gambaran ketidakefisienan menurut tingkat proteksi.

Kesuksesan akumulasi modal di negara-negara yang berpendapatan rendah, dalam konteks sistem akumulasi intensif, tergantung pada kemampuan mereka untuk meningkatkan daya kompetitif, peranan dalam mengarahkan perekonomian, dan pada tersedianya pasar domestik dan luar negeri.

Jaringan bisnis regional Jepang tidak hanya terdiri dari perushaaan induk dengan subkontraktor mereka yang berlapis-lapis. Hubungan antar-perusahaan besar (induk) dalam 1 kelompok bisnis  juga berdimensi regional.

Ada empat lingkar bisnis etnik Cina di wilayah Asia Timur dan Tenggara: lingkar pedesaan, lingkar lingkar perkotaan, lingkar regional, lingkar global. Keempat lingkar tersebut terjalin menjadi jaringan-jaringan bisnis yang intensif dan bisa diandalkan untuk dengan cepat memobilisasi modal, barang kebutuhan produksi, informasi dan jaringan distribusi.

Semakin mendekati akhir abad ke-20, pembangunan ekonomi Indonesia semakin mengandalkan modal asing, baik dalam bentuk utang, penanaman modal langsung, maupun modal asing yang masuk Indonesia melalui pasar uang karena ingin memanfaatkan tingginya suku bunga. Sektor industri juga semakin mengandalkan barang impor (bahan mentah, setengah jadi, bahan pendukung).

Bad governance dalam bentuk rekayasa indikator-indikator ekonomi (penentuan angka inflasi yang berperan sangat besar menciptakan kelemahan struktural perekonomian) menyebabkan diambilnya kebijakan ekonomi yang kurang tepat, dan terbukti menyebabkan lemahnya daya tahan perekonomian Indonesia dalam menghadapi krisis moneter.

Literatur bersubyek ekonomi ini salah satu koleksi menarik yang mengulas krisis ekonomi Asia 1997/1998. Tersedia di Perpustakaan Umum Magetan. Ayo berkunjung …

Artikel yang Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *