Bung Hatta di Mata Tiga Putrinya

DESKRIPSI BUKU

penulis:  Meutia Farida Hatta, Gemala Rabi’ah Hatta, Halida Nuriah Hatta

Penerbit : Kompas

Kota : Jakarta

Tahun: 2016

Halaman : 304

Nomor Panggil : 920.7 MEU

Lokasi : Perpustakaan Umum Magetan

Buku ini berisi kenangan dan kisah kehidupan Bung Karno bersama ketiga putrinya yang menjadi penulis biografi ini. Ada tiga bagian didalamnya, pertama Ayah: Hati nurani dan lentera keluarga yang ditulis Meutia Farida Hatta, berisi 15 tulisan didalamnya. Bagian kedua Ayahku, pelindung dan cahaya hatiku ditulis Gemala Rabi-ah Hatta yang memuat 16 tulisan. kemudian dibagian ketiga Mozaik napak tilas bersama ayah yang ditulis Halida Nuriah Hatta yang memuat 8 tulisan.

“ayah sudah mengajarkan saya dan adik-adik mengenai pendidikan menjadi orang, pendidikan kasih sayang, pendidikan menuntut ilmu, pendidikan untuk beriman, dan pendidikan menghargai waktu. Juga  bahwa pendidikan untuk rela berkorban demi bangsa dan negara hanya bisa dicapai kalau seseorang sudah bisa  “melampaui dirinya”. Artinya, sudah tidak berpikir tentang keperluan duniawi bagi pribadinya sendiri, tetapi sudah selalu menanamkan kebajikan untuk kehidupan dan masa depan bangsanya.”

– Meutia Farida Hatta –

“sebagai umat Islam yang taat kepada Allah SWT, Ayah selalu berikhtiar dalam menghadapi berbagai tantangan berat kehidupan yang dialaminya, baik dari kondisi sosial-politik maupun insan-insan dengan berbagai sikap dan perangai di lingkungan sosialnya. Ayah tetap tabah sehingga raut mukanya selalu tersenyum dan bersih, seputih hatinya yang tak pernah menyimpan rasa iri dan dengki. Mungkin itulah kelebihan ayah, ketangguhan, konsistensi antara hati dan pikiran yang sinkron bertautan,menyatu dalam kalbunya yang bersih, betapapun kerasnya gelombang hidup yang menerpanya.”

– Gemala Rabi-ah Hatta –

“Bila berjumpa dengan anak-anak sekolah dalam acara berjalan kaki itu, serta merta mereka berlarian menghampiri dan meraih tangan kanan Ayah untuk cium tangan. Kalau sudah begitu, Ayah cepat menarik tangannya beberapa detik untuk menghindarkan anak mencium tangan, tetapi sedemikian rupa sehingga anak-anak tetap bisa berjabat tangan saja. Di sepanjang perjalanan ke berbagai pelosok di Sumatera Barat, pasti Ayah tidak ingin dicium tangannya. Saya sempat bertanya, “Ayah kenapa tidak mau dicium tangannya?” Ayah hanya bersenyum , tidak menjawab dan pertanyaan itu dibiarkan berlalu. Baru puluhan tahun kemudian, di tahun 1997, hal itu terjawab secara tidak langsung. Ketika itu saya … “

– Halida Nuriah Hatta –

Biografi salah satu tokoh besar pendiri Negara ini salah satu literatur menarik di Perpustakaan Umum Magetan. Ayo berkunjung …

Artikel yang Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *