SEMAR: Dunia Batin Orang Jawa

DESKRIPSI BUKU

Penulis : Tuti Sumukti

Penerbit : Galangpress

Kota : Yogyakarta

Tahun : 2005

Halaman : 227

Nomor panggail : 791.5 TUT

Lokasi : Perpustakaan Umum Magetan

Bagi masyarakat Jawa, wayang bukan saja sebagai hiburan tetapi juga sebagai cermin kebudayaan Jawa. Kebudayaan Jawa yang tercermin dalam cerita-cerita wayang merupakan campuran dari berbagai mitos dan dongeng jawa, dan epik India. Akulturasi budaya asing utamanya India dan Cina dalam kehidupan sosial dan filosofis orang Jawa terjadi sudah sejak lama, bahkan mungkin peradaban sebelum masehi.

Buku ini mengkaji tentang ‘Semar’, salah satu tokoh wayang kulit yang secara simbolik mencerminkan berbagai segi kehidupan manusia. Tokoh ini mempunyai tempat yang kompleks dalam kebudayaan Jawa. Semar adalah simbol yang padat, sifatnya ringkas tetapi mampu menciptakan berbagai macam simbol yang luas ragamnya.

Kekuatan Semar tidak terletak pada kegaiban alam, tetapi pada perhatiannya terhadap hal-hal yang kosmik serta hubungan timbal-balik antara hal-hal tersebut. Kekuatannya juga terletak pada ketekunan Semar sendiri dalam mengikuti jalannya hukum alam. Semar juga melambangkan akal budi manusia, sehinggga merupakan jembatan antara alam dan kebudayaan.

Semar’, menurut Juynboll berasal dari akar kata  “sar” yang artinya cahaya. Jadi Semar berarti sesuatu yang bersinar atau memancarkan cahaya, atau juga “sumber cahaya”. Kata ‘Semar’ juga bentuk lain dari kata ‘Sumar’ yang artinya “dapat diperluas”, atau “dapat diperbanyak”. Kemungkinan lain dari kata ‘Semar’ adalah “tersamar” yang dihubungkan dengan kata ‘Samar’, yang berarti “kurang jelas”, membingungkan atau sulit dipahami dan misterius.

Filsafat jawa yang universal tersirat pada tindakan tokoh-tokoh wayang. Tindakan mereka terarah pada fokus konsep ‘Samadya / Sakmadya’ dan kesederhanaan. Melalui pemahaman dan pengertian pandangan hidup tersebut, orang diajar agar selalu ingat dna peka serta waspada terhadap lingkungan hidup, alam dan sosial, sehingga mampu menyesuaikan dan mempertahankan diri demi kelangsungan hidup.

‘Kejawen‘ merupakan strategi bagi orang Jawa untuk memelihara dan mempertahankan lingkungan hidup, tetapi tidak mengabaikan  pengaruh agama yang ada. ‘Kejawen’ justru mengambil pelajaran dari semua dasar keagamaan yangs ering terasa sejalan atai paralel dari segi kemanusiaan dan moralitas.

Literatur bersubyek antropologi kebudayaan tentang Wayang ini salah satu koleksi menarik Perpustakaan Umum Magetan. Ayo berkunjung …

Artikel yang Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *